Khalwat, Tahanuts dan Uzlah
“Mengenal Diri untuk Mengenal Allah”
Kutipan dari Majalah As-Samawaat/No. 02/Tahun II/1-28 Februari 2008/3-10 Muharram – Safar 1428 H
Pada dasarnya fitrah adalah sama, bahwa manusia diciptakan oleh Allah SWT memiliki nurani beragama, hal itu terlihat jelas ketika Allah SWT mengadakan dialog pra existensial dengan manusia (lihat Al Quran surat Al A’raf : 172).
Dengan merujuk kepada ayat Al Quran diatas, tidak mungkin bagi manusia menghapus memori tauhid dari jiwanya, karena hal itu telah menyatu dengan bagian terdalam pada jiwa manusia yaitu ruh.
Allah SWT telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan kepada manusia dalam memilih keberagaman mereka. Dalam hal ini menusia bebas untuk memilih sekalighs menentukan jalan hidupnya, apakah manusia
itu ingin beriman kepada Allah SWT atau sebaliknya kufur kepada-Nya. Semua pilihan itu Allah serahkan kepada manusia (Al Quran Surat Al Baqarah: 256). Namun demikian Allah SWT tidak begitu saja melepas manusia untuk memilih jalan kehidupannya. Tetapi dalam kehidupan ini, Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak salah dalam memilih jalan hidupnya dan tidak tersesat ketika manusia itu nanti kembali kepada Allah AWT (Al Quran Surat Al Insan: 3).
itu ingin beriman kepada Allah SWT atau sebaliknya kufur kepada-Nya. Semua pilihan itu Allah serahkan kepada manusia (Al Quran Surat Al Baqarah: 256). Namun demikian Allah SWT tidak begitu saja melepas manusia untuk memilih jalan kehidupannya. Tetapi dalam kehidupan ini, Allah SWT memberikan petunjuk kepada manusia agar tidak salah dalam memilih jalan hidupnya dan tidak tersesat ketika manusia itu nanti kembali kepada Allah AWT (Al Quran Surat Al Insan: 3).
Menurut Syaikh KH Sa’adih Al Batawi bahwa manusia dalam kehidupannya harus kembali kepada ajaran Al Quarn dan Al Hadits yang sebenarnya, dengan cara mengikuti apa-apa yang telah diajarkan oleh Rasulullah SAW agar manusia itu mengerti terhadap hak dan kewajibannya sebagai manusia.
Para Nabi dan Rasul Allah dalam rangka membangun kesucian jiwa dan ruhaninya, guna mencapai kedekatan diri dengan Allah SWT, jalan yang mereka tempuh ialah dengan cara uzlah atau khalwat.
KHALWAT
Khalwat ialah sepi atau sunyi, menurut para sufi, khalwat ialah usaha seorang hamba untuk mendekatkan diri sedekat-dekatnya kepada Allah SWT dengan cara menyepikan batin dari sifat-sifat keduniaa, mensunyikan hati dari hawa nafsu dunia. Khalwat merupakan suatu keadaan dimana seorang hamba berusaha untuk membutakan matanya dari pandangan-pandangan dunia, mentulikan telinganya dari bisikan-bisikan hawa nafsu dan membisukan lidah dari perkataan-perkataan yang tidak berguna.
Imam Abu Hamid Al Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin pada bab Adabu Uzlah menjelaskan bahwa khalwat merupakan salah satu upaya seorang hamba untuk membangun ketaatan kepada Allah SWT.
Dalam pandangan Syaikh KH Sa’adih Al Batawi, bahwa khalwat dilakukan sebagai usaha manusia untuk mengenal dirinya agar dapat mengenal Allah SWT. Salah satu caranya ialah dengan berusaha semaksimal mungkin dapat mengendalikan nafsu lawamah, sawwamah dan ammarah dan nafsu dunia serta nafsu syaithoniyyah yang terdapat dalam jiwanya, sehingga diharapkan akan muncul dalam jiwa manusia itu jiwa yang mutmainnah (jiwa yang tenang).
Allah SWT pada dasarnya telah mengajarkan tentang khalwat dan menjelaskan tentang betapa pentingnya khalwat bagi manusia, hal ini telah termaktub dalam Al Quran: artinya “Dan jiwa serta penyempurnaan (ciptaan-Nya), maka Allah SWT mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya, sungguh beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya” (Al Quran Surat Al Syams: 7 – 10)
Dari ayat diatas sungguh sangatlah jelas bahwa Allah SWT punya kepentingan agar manusia menjadi taat dan patuh serta mau membersihkan dan mensucikan jiwanya. Sehingga ketika manusia nanti kembali kepada Allah mereka senantiasa berada dalam kesucian lahir maupun batin.
Sungguh amat beruntunglah orang-orang yang memilih jawal ketaqwaan itu karena mereka tidak menyia-nyiakan hidayah yang Allah berikan kepada mereka. Sebaliknya sungguh amat merugilah bagi mereka yang memilih jalan kefasikan, karena mereka telah menyia-nyiakan rahmat, hidayah dan fitrah ketauhidan yang telah Allah SWT berikan kepada mereka, dengan cara mengotori jiwa, hati dan iman mereka sendiri dalam bentuk-bentuk perbuatan kemaksiatan di hadapan Allah.
Pada akhirnya khalwat diharapkan dapat membentuk manusia-manusia yang taat dan tunduk kepada Allah, yaitu mereka mampu bersabar ketika Allah uji, ihklas dalam penyembahannya kepada Allah, bersyukur ketika diberi nikmat dan ridho atas segala ketentuan serta keputusa-keputusan Allah.
Sumber : as-samawaat.org